Skip to content

TAHUN YANG BURUK BAGI PETANI CENGKEH

Harga jual komoditas yang tinggi, itulah alasan utama kenapa banyak petani mau menanam cengkeh. Sejak masa kelam di bawah rezim Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh, harga cengkeh terus melambung. Seiring bertambahnya nilai jual cengkeh, bertambah pula tingkat kesejahteraan yang diraih petaninya.

Memang masih ada beberapa persoalan pada komoditas, salah satunya harga jual yang cenderung fluktuatif. Tapi ya tetap saja, dalam satu kali panen petani mampu meraup untung yang cenderung besar karena perkara harga memang bukanlah persoalan utama dari komoditas ini.

Masalah utama dari komoditas ini adalah keadaan cuaca yang tidak menentu. Tahun ini saja misalnya, banyak daerah terjadi gagal panen. Lantaran curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, mengakibatkan pohon cengkeh banyak yang tidak berbunga. Tentu dengan kondisi itu hasil produktivitas cengkeh tahun ini amat rendah. Kalaupun ada cengkeh yang bisa dipanen oleh petani, jumlahnya hanya ada di kisaran 10% dari total produksi tahun-tahun sebelumnya. Malah tidak sedikit petani yang sama sekali tidak mendapatkan panen dari pohon cengkehnya. Sama sekali tidak mendapat keuntungan dari komoditas ini.

Sebenarnya, kegagalan panen tahun ini telah diprediksi sejak awal tahun. Sekira bulan Februari, terlihat dari berapa banyak pohon cengkeh yang berbunga di medio tersebut. Kegagalan yang membayang di depan mata membuat pusing hidup para petani. Tidak ada hal yang bisa mereka lakukan ketika mengetahui sedikitnya pohon yang berbunga tahun ini.

Curah hujan terlalu tinggi, membuat pohon tidak bisa mereka paksakan berbunga. Satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan hanya berharap tahun depan pohon mereka bisa berbunga dan menghasilkan panen.

Sepanjang kegalauan mereka menghadapi masa sulit ini, hampir tidak ada yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi persoalan tersebut. Sepanjang yang saya tahu, tak ada bantuan modal untuk menghadapi masa rawat cengkeh. Walau kebutuhan rawat cengkeh terbilang tidak terlalu besar, tapi tetap saja gagal panen tahun ini membuat petani tak punya modal. Bahkan untuk bertahan hidup saja masih kurang.

Mungkin para petani yang memiliki tanaman tumpang sari di lahannya agak sedikit tertolong untuk mempertahankan agar dapur tetap ngebul. Nah, kalau yang benar-benar hanya menanam cengkeh, bisa kalian bayangkan bagaimana beratnya beban hidup mereka.

Masih untung kalau mereka masih punya persediaan cengkeh yang tersimpan di gudang rumah mereka. Masih ada yang bisa dijual untuk bertahan hidup. Kalau tidak, ya habislah mereka menghadapi hidup.

Oh iya, salah satu keuntungan dari komoditas ini adalah kemampuannya disimpan lama dan dijual ketika diperlukan. Kebanyakan petani tidak menjual semua cengkeh keringnya setelah panen. Ada sebagian yang mereka simpan sebagai bekal dan tabungan jika menghadapi persoalan. Seperti yang terjadi tahun ini, misalnya.

Tapi tetap saja, lirikan pemerintah serta bantuannya amat diperlukan bagi banyak petani cengkeh. Jangan sampai, pemerintah hanya mau dapat keuntungan dari industri kretek yang menggunakan cengkeh sebagai bahan bakunya. Jangan sampai mau untung doang, dan pas komoditas penunjang industrinya kesulitan pemerintah sok tidak tahu. Tidak mau tahu.

135

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *