Rokok selalu dianggap sebagai barang yang berbahaya. Pendapat ini tidak lepas dari ancaman kesehatan yang kerap ditujukan kepada orang-orang yang mengkonsumsi rokok. Ancaman kesehatan tersebut semakin ditegaskan dalam tiap bungkus-bungkus rokok yang beredar di pasaran. “Merokok dapat membunuhmu”, demikian kata yang umumnya terselip pada setiap bungkus rokok di pasaran.
Kita bisa menyaksikan betapa masifnya pendapat-pendapat yang dibangun oleh pakar kesehatan ihwal bahaya dari rokok ketika seseorang menghisapnya. Seperti adanya ancaman terkena kanker paru-paru, kanker mulut, merusak janin dan sebagainya. Para perokok umumnya dicap sebagai orang yang tidak akan berumur lama, dan rokok selalu jadi ‘kambing hitam’ dari banyaknya trend kematian di Indonesia.
Pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh pakar kesehatan masih dapat dipertanyakan karena tidak sedikit orang yang merokok tetap sehat hingga usia lanjut. Sudimejo atau yang akrab disapa Mbah Gotho salah satunya. Lelaki yang tinggal di Sragen, Jawa Tengah ini tetap menghisap rokok meskipun usianya sudah mencapai lebih dari 100 tahun. Mbah Gotho yang menghembuskan nafas terakhirnya pada 30 April 2017 silam pun dinobatkan sebagai salah satu orang yang berumur lebih dari satu abad. Sekadar informasi Mbah Ghoto hidup hingga usia 146 tahun.
Tidak hanya Mbah Ghoto saja. Wanita berkewarganegaraan Prancis, Jeanet Calmet juga tetap merokok dan hidup hingga usia 122 tahun. Ada juga veteran perang dunia II, Richard Arvine Overton yang masih tetap merokok meski sudah berumur 100 tahun.
Ketiga orang itu menegaskan kepada kita dan dunia kesehatan, bukan rokoklah yang menjadi penyebab kematian. Maka dari itu, jika berbicara tentang dampak mematikan sepertinya terlalu diskriminatif apabila menghakimi rokok menjadi penyebab dari semua penyakit yang menimpa tubuh manusia. Faktanya, ketiga orang yang dicatat sejarah itu telah mematahkan sekian anggapan umum.
Karena takaran mengenai bahaya atau tidaknya rokok yang dikonsumsi orang tidaklah ditentukan dari rokok itu sendiri, melainkan dari pola hidup dan bagaimana orang tersebut mengonsumsinya. Segala barang konsumsi, baik itu rokok, makanan maupun minuman akan menjadi sangat berbahaya apabila dikonsumsi secara berlebihan.
Data Centers for Disease Control and Preventio periode 2003 dan 2010 menyatakan, makanan cepat saji dapat merusak hormon tubuh apabila dikonsumsi secara berlebihan. Seorang peneliti yang memublikasikan hasil penelitiannya pada British Medical Journal menyatakan, mengonsumsi kentang terlalu banyak dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit stroke atau serangan jantung.
Masih banyak makanan maupun minuman yang biasa dikonsumsi justru menimbulkan dampak buruk jikalau kita rakus dalam mengonsumsinya dan tidak menjalankan pola hidup yang seimbang. Mirisnya, hanya rokok saja yang kerap menjadi dalang akibat penyakit berbahaya yang menimpa manusia. Padahal, semua berpotensi memiliki dampak buruk apabila dikonsumsi secara berlebihan.
Yang ingin saya tegaskan disini adalah perihal konsumsi orang-orang Indonesia dan pola hidup yang dijalani. Jika seseorang mengonsumsi sesuatu secara rakus tentunya akan mendatangkan dampak buruk. Peluang datangnya penyakit pun akan semakin cepat, apalagi dilakukan terus-terusan dalam gaya hidup yang serba tidak seimbang.
Hiduplah secara proporsional. Sewajarnya. Jangan menjadi seseorang yang rakus. Bukankah agama manapun juga orang tua sudah mengajarkan kita untuk tidak berbuat rakus bin tamak? Itu.