Selama ini masyarakat menganggap tembakau yang rusak dan gagang tembakau tidak bernilai sehingga cenderung dibuang. Namun tidak demikian halnya dengan PT Natobin Indonesia.
Bermodal inovasi dan berbagai peralatan yang dimilikinya, perusahaan ini mampu mengolah bahan-bahan dari tembakau yang rusak dan gagang tembakau untuk dijadikan nikotin cair dan kertas cigarret. Produk diversifikasi dari limbah tembakau tersebut memiliki nilai jual yang tinggi di pasar Internasional, seperti di Malaysia dan Korea.
Inovasi yang dilakukan PT Natobin Indonesia tersebut rupanya menarik perhatian Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur. Sehingga pada hari Selasa (15/06/2021) melakukan kunjungan kerja ke PT Natobin Indonesia dengan didampingi Kepala UPT PSMB-LT Jember.
Dalam kunjungan tersebut, Chairman dan CEO PT Natobin Indonesia, Ismu Handoko menjelaskan bahwa perusahaannya selama ini memproduksi berbagai jenis limbah tanaman untuk diolah menjadi produk yang bernilai tinggi.
Beberapa produk yang dihasilkan diantaranya adalah rontokan cengkeh yang tidak terpakai serta nikotin cair dan kertas cigarret yang dibuat dari tembakau yang rusak dan gagang tembakau.
“Jadi awalnya pada saat UPT PSMB-LT masih dipimpin oleh Bu Desak, saat itu atau sekitar tahun 2015 Gunung Raung meletus, yang mengakibatkan tembakau banyak yang rusak termasuk kepunyaan PTP Nusantara X. Kita bingung, tembakau yang rusak itu mau diapain? Sampai akhirnya kita punya gagasan untuk menjadikan tembakau yang rusak dan gagang tembakau untuk diolah menjadi nikotin cair,” terang Ismu Handoko.
Tidak disangka nikotin cair yang dihasilkan tersebut ternyata memiliki nilai tinggi dengan pangsa pasar internasional. Sehingga permintaan terus berdatangan dan dari tahun ke tahun produk yang dihasilkan terus meningkat.
Dalam kunjungan tersebut, Kepala Disperindag Provinsi Jawa Timur, Dr. Ir. Drajat Irawan, SE., MT memberikan apresiasi atas inovasi yang dilakukan PT Natobin Indonesia karena telah mampu memanfaatkan limbah untuk dijadikan produk yang memiliki nilai tinggi.
“Batang tembakau yang tidak diolah akan menjadi limbah. Untuk itu batang tembakau dicampur dengan tembakau reject oleh Natobin Indonesia, kemudian diproses menggunakan mesin dengan kapasitas produksi mencapai 80 kg/jam untuk dijadikan bahan yang memiliki nilai tambah tinggi, diantaranya untuk kertas cigarret dengan pangsa pasar yang luas,” ungkap Kepala Disperindag Provinsi Jawa Timur.
Apresiasi yang sama juga disampaikan Kepala UPT PSMB-LT Jember, Ir. Siti Andriati Widartien, M.Si.
“Apa yang dilakukan PT Natobin Indonesia sungguh luar biasa dan merupakan wujud nyata dari diversifikasi produk tembakau, sehingga membawa harum Jawa Timur. Good Luck Natobin!” kata Kepala UPT PSMB-LT Jember. (*)